Dalam dunia elektronik, membaca nilai pada Resistor merupakan pelajaran dasar yang wajib dimiliki. Bukan hanya sekadar membaca, tapi kecepatan membaca juga mesti dikuasai. Berdasarkan pengalaman penulis, ada berbagai macam metode yang bisa dilakukan. Tapi sebelumnya mari kita bahas terlebih dahulu sistem penulisan nilai pada Resistor.
Ada 2 cara penulisan nilai Resistor :
- Sistem kode warna.
- Sistem kode angka.
1. Sistem kode warna
Sistem kode warna berupa pita-pita warna yang mengelilingi badan Resistor. Kode warna Resistor ini pertama kali dikembangkan oleh perkumpulan pabrik-pabrik radio Eropa dan Amerika RMA (Radio Manufacturers Association) yang didirikan pada awal tahun 1920-an. Pada tahun 1957, kelompok ini berganti nama menjadi Electronic Industries Alliance (EIA) dan menerbitkan kode tersebut sebagai standar EIA-RS-279.
Sistem kode warna ada 3, yaitu :
- Sistem kode warna 4 pita
- Sistem kode warna 5 pita.
- Sistem kode warna 6 pita.
1.1 Sistem kode warna 4 pita.
Pita ke-1 dan Pita ke-2 adalah dua angka nilai tahanan.
Pita ke-3 adalah Per-kalian Desimal ( jumlah nol di belakang angka ke-2 )
Pita ke-4 Nilai Toleransi.
TABEL KODE WARNA RESISTOR 4 PITA
Contoh 1 :
Pita ke-1 = Hijau, Pita ke-2 = Biru, Pita ke-3 = Perak, Pita ke-4 = Emas.
Nilainya adalah 0,56 Ω, dengan Toleransi 5%.
Contoh 2 :
Pita ke-1 = Hijau, Pita ke-2 = Biru, Pita ke-3 = Emas, Pita ke-4 = Emas.
Nilainya adalah 5,6 Ω, dengan toleransi 5%.
Contoh 3 :
Pita ke-1 = Hijau, Pita ke-2 = Biru, Pita ke-3 = Hitam, Pita ke-4 = Emas.
Nilainya adalah 56 Ω, dengan Toleransi 5%.
Contoh 4 :
Pita ke-3 = Hijau, Pita ke-2 = Biru, Pita ke-3 = Coklat, Pita ke-4 = Emas.
Nilainya adalah 560 Ω, dengan Toleransi 5%.
1.2 Sistem kode warna 5 pita.
Pita ke-1, Pita ke-2 dan Pita ke-3 adalah tiga angka nilai tahanan.
Pita ke-4 adalah Per-kalian Desimal (jumlah nol di belakang angka ke-3).
Pita ke -5 Nilai Toleransi.
TABEL KODE WARNA 5 PITA
Contoh 1 :
Pita ke-1 = Hijau, Pita ke-2 = Hitam, Pita ke-3 = Hitam, Pita ke-4 = Perak. Pita ke-5 = Coklat.
Nilainya adalah 5 Ω, dengan Toleransi 1%.
Contoh 2 :
Pita ke-1 = Hijau, Pita ke-2 = Biru, Pita ke-3 = Merah, Pita ke-4 = Emas. Pita ke-5 = Coklat.
Nilainya adalah 56,2 Ω, dengan Toleransi 1%.
Contoh 3 :
Pita ke-3 = Hijau, Pita ke-2 = Biru, Pita ke-3 = Merah, Pita ke-4 = Hitam, Pita ke-5 = Coklat.
Nilainya adalah 562 Ω, dengan Toleransi 1%.
1.3 Sistem kode warna 6 pita.
Pita ke-1, Pita ke-2, dan Pita ke-3 tiga angka nilai tahanan.
Pita ke-4 adalah Per-kalian Desimal (jumlah nol di belakang angka ke-3).
Pita ke-5 adalah Nilai Toleransi.
Pita ke-6 Koefisien suhu.
TABEL KODE WARNA 5 PITA
Contoh :
Pita ke-1 = Hijau, Pita ke-2 = Biru, Pita ke-3 = Hijau, Pita ke-4 = Emas. Pita ke-5 = Coklat.
Pita ke-6 = Coklat.
Nilainya adalah 56,5 Ω, Toleransi 1%, Koefisien suhu 100 ppm / ºC
2. Sistem kode angka.
Sistem kode angka digunakan pada Resistor SMD ( Surface-mount Device ), Resistor pasang permukaan yang ukurannya sangat kecil.
Untuk cara membacanya perhatikan gambar berikut :
Resistor SMD dengan toleransi standar atau toleransi yang cukup longgar ( 5% misalnya ) menggunakan kode angka 3 digit. Dua angka pertama adalah dua angka pertama nilai tahanan Resistor, sedangkan angka ketiga adalah pengali ( jumlah nol ).
Contoh :
102 = 10 X 100 Ω = 1.000 Ω ( 1 Kilo Ω ) atau 10 ditambah dua nol di belakangnya.
222 = 22 X 100 Ω = 2.200 Ω ( 2,2 Kilo Ω ) atau 22 ditambah dua nol di belakangnya.
103 = 10 X 1000 Ω = 10.000 Ω ( 10 Kilo Ω ) atau 10 ditambah tiga nol di belakangnya.
223 = 22 X 1000 Ω = 22.000 Ω ( 22 Kilo Ω ) atau 22 ditambah tiga nol di belakangnya.
Untuk Resistor SMD yang nilai hambatan nya di bawah 100 Ω ditulis 820, 680, 5600 dan seterusnya.
Contoh :
100 = 10 X 1 = 10 Ω.
560 = 56 X 1 = 56 Ω.
820 = 82 X 1 = 82 Ω.
Beberapa produsen ada juga yang menulis langsung nilai hambatan Resistor SMD tanpa menggunakan kode, misalnya 10, 56, 82. katanya sih, untuk mencegah kebingungan.
Selanjutnya, untuk Resistor SMD dengan nilai hambatan di bawah 10 Ω, menggunakan R untuk menunjukkan titik desimal nya.
Contoh :
1R5 = 1,5 Ω.
0R5 = 0,5 Ω.
0R05 = 0,05 Ω.
Resistor persisi yang mempunyai nilai toleransi ketat, menggunakan Kode empat digit. Tiga kode pertama adalah nilai tahanan, dan kode ke empat adalah pengali atau jumlah nol.
Contoh :
2001 = 200 X 10 : 2000 Ω ( 2 Kilo Ω ).
4701 = 470 X 10 : 4700 Ω ( 4,7 Kilo Ω ).
1200 = 120 X 1 : 120 Ω.
Adapun Resistor SMD yang di tandai dengan kode 0, 000, atau 0000 adalah Resistor dengan nilai hambatan 0 Ω. Karena tidak memiliki nilai hambatan, maka Resistor seperti ini sering digunakan sebagai Jumper. tujuannya agar lebih mudah dipasang pada PCB dengan menggunakan mesin solder SMD.
Ok. Kita Kembali pada pokok pembahasan kita.
Untuk bisa membaca nilai tahanan Resistor dengan cepat, ada beberapa 3 hal yang mesti kita lakukan, yaitu :
- Menghafal urutan warna pada tabel sistem kode warna.
- Mengenal Ciri khas kode warna Resistor yang memiliki nilai tahanan satuan, puluhan, ribuan, dan seterusnya.
- Mengetahui Standar nilai Resistor yang diterbitkan oleh EIA.
MENGHAFAL URUTAN KODE WARNA RESISTOR.
Menghafal ada cara untuk melatih kemampuan ingatan buatan. Pada otak manusia ada 2 jenis ingatan, ingatan alami dan ingatan buatan. Ingatan alami adalah bakat yang sudah ada sejak kita lahir, dan digunakan kan dalam kehidupan sehari-hari secara otomatis tanpa perlu berpikir.Sedangkan ingatan buatan adalah sebuah kemampuan daya ingat yang di bangun dengan cara belajar dan dilatih dengan berbagai macam metode.
Salah satu metode yang paling efektif untuk melatih daya ingat buatan adalah Strategi Mnemonik,yaitu teknik mengingat sesuatu dengan cara menghubungkan antara bentuk/rumusan yang mudah diingat dengan data yang ingin diingat. Hal ini berdasarkan prinsip bahwa ingatan manusia akan lebih mudah mengingat informasi yang unik dan menarik, ketimbang data-data yang rumit dan asing.
Dari sekian banyak strategi Mnemonik yang ada, beberapa diantaranya dapat kita manfaatkan untuk menghafal urutan warna kode Resistor.
1. Rumus Jembatan Keledai.
Rumus Jembatan keledai umumnya berupa sebuah kata atau suku kata yang diambil dari susunan kata yang ingin di hafal, kemudian dibentuk menjadi sebuah kalimat yang unik atau menarik.
Sebenarnya kurang jelas, dari mana asal mula Istilah jembatan keledai ini. tapi kemungkinan besar berasal dari bahasa Belanda Ezelsbruggetje yang berarti titian keledai atau dari bahasa Latin pons asinorum yang artinya jembatan keledai.
Berikut adalah bentuk dari rumus Jembatan Keledai yang akan kita gunakan untuk menghafal urutan kode warna Resistor.
Rumus ini membentuk sebuah kalimat HI CO ME O KU HI BI VI A PU, yang diambil dari singkatan nama masing-masing warna yang terdapat pada sistem kode warna Resistor.
HI = Hitam, ME = Merah, O = Oranye, KU = Kuning, HI yang kedua = Hijau, BI = Biru, VI = Violet atau Ungu, A = Abu-abu, dan PU = Putih.
Cara menggunakan rumus ini cukup mudah, kita hanya perlu menghafal kalimatnya, serta membayangkan arti dan angka yang ada di bawah setiap kata, dalam kalimat tersebut.
2. Menggunakan Gambar angka berwarna.
Dengan cara ini, kita akan melatih ingatan kita untuk menghafal urutan kode warna menggunakan gambar angka berwarna, seperti di bawah ini :
Cara menggunakan metode ini adalah, menyebutkan warna angka yang ada dalam kotak. Satu persatu secara berulang-ulang. Sekali lagi, yang disebutkan warna angkanya, bukan angkanya.
3. Menggunakan Rumus Pengelompokan warna.
Metode ini terbilang cukup rumit, karena kita akan mempelajari pengelompokan warna terlebih dahulu, kemudian menghubungkannya dengan urutan warna kode resistor.
Pengelompokan warna pertama kali dikemukakan pada tahun 1831, namanya Teori Brewster. Teori ini menyederhanakan warna yang ada di alam dengan membaginya menjadi 4 kelompok besar, yaitu :
Jadi berdasarkan kelompok-kelompok warna di atas, dalam rumus ini, kita akan membagi kode warna Resistor menjadi 5 Grup. Seperti berikut ini :
Grup 1 dari kelompok warna primer, yaitu : Warna Merah, Kuning, dan Biru.
Grup 2 dari kelompok warna sekunder, yaitu : Warna Oranye, Hijau, dan Ungu.
Grup 3 dari kelompok warna Tersier, yaitu : warna Coklat.
Grup 4 dari kelompok warna, Netral yaitu : Warna Hitam, putih, dan Abu-abu.
Grup 5 dari kelompok warna Metalik, yaitu : Warna Emas dan Perak.
Dengan pembagian Grup seperti ini, kita bisa lebih mudah menghafal kode warna Resistor. Karena setiap grup mempunyai ciri khas.
Grup1 terdiri dari kode warna resistor yang memiliki angka Genap, kecuali angka 8.
Grup2 terdiri dari kode warna resistor yang memiliki angka Ganjil, kecuali angka 9.
Grup3 kode warna resistor yang memiliki angka tunggal, yaitu Coklat ( angka 1 ).
Grup4 terdiri dari kode warna Resistor urutan awal ( warna Hitam ) dan 2 kode warna Resistor urutan terakhir ( warna Abu-abu dan Putih ).
Grup5 hanya untuk kode warna toleransi resistor, dan kode warna per kalian desimal yang memiliki angka di bawah nol ( nol koma dan nol koma nol ).
Cara menghafal urutan warna dari masing-masing Grup :
Grup 1. Membayangkan sebuah jarum yang dibakar di atas api lilin. Warna Merah adalah warna ujung jarum yang membara, warna Kuning adalah warna api lilin bagian atas, dan warna Biru warna api lilin bagian bawah. Jadi urutan warnanya dimulai dari atas ke bawah.
Grup 2. Membayangkan sedang mencampur warna-warna yang ada pada Grup1 secara berurutan. Urutan pertama, hasil dari pencampuran warna urutan pertama dan kedua warna Grup1. Urutan kedua, hasil dari pencampuran warna urutan kedua dan ketiga warna Grup1. warna ketiga, hasil dari pencampuran warna ketiga dan pertama warna grup1.
Rumus nya, 1 Grup2 = 1 + 2 Grup1, 2 Grup2 = 2 + 3 Grup 1, 3 Grup2 = 3 + 1 Grup1.
Grup 3. Tidak perlu membayangkan apa-apa, karena hanya ada satu warna. Yang perlu di ingat adalah Grup ini memiliki jumlah anggota sama dengan angka kode warnanya, yaitu 1.
Grup 4. Mengingat pepatah yang mengatakan Habis Gelap Terbitlah Terang. Maka urutannya dimulai dari warna yang paling gelap, ke warna yang paling terang.
Grup 5. Membayangkan perbandingan harga benda yang memiliki warna yang sama dengan anggota Grup ini. Urutannya dimulai dari harga yang ter tinggi.
Dari sekian banyak strategi Mnemonik yang ada, beberapa diantaranya dapat kita manfaatkan untuk menghafal urutan warna kode Resistor.
1. Rumus Jembatan Keledai.
Rumus Jembatan keledai umumnya berupa sebuah kata atau suku kata yang diambil dari susunan kata yang ingin di hafal, kemudian dibentuk menjadi sebuah kalimat yang unik atau menarik.
Sebenarnya kurang jelas, dari mana asal mula Istilah jembatan keledai ini. tapi kemungkinan besar berasal dari bahasa Belanda Ezelsbruggetje yang berarti titian keledai atau dari bahasa Latin pons asinorum yang artinya jembatan keledai.
Berikut adalah bentuk dari rumus Jembatan Keledai yang akan kita gunakan untuk menghafal urutan kode warna Resistor.
Rumus ini membentuk sebuah kalimat HI CO ME O KU HI BI VI A PU, yang diambil dari singkatan nama masing-masing warna yang terdapat pada sistem kode warna Resistor.
HI = Hitam, ME = Merah, O = Oranye, KU = Kuning, HI yang kedua = Hijau, BI = Biru, VI = Violet atau Ungu, A = Abu-abu, dan PU = Putih.
Cara menggunakan rumus ini cukup mudah, kita hanya perlu menghafal kalimatnya, serta membayangkan arti dan angka yang ada di bawah setiap kata, dalam kalimat tersebut.
2. Menggunakan Gambar angka berwarna.
Dengan cara ini, kita akan melatih ingatan kita untuk menghafal urutan kode warna menggunakan gambar angka berwarna, seperti di bawah ini :
Cara menggunakan metode ini adalah, menyebutkan warna angka yang ada dalam kotak. Satu persatu secara berulang-ulang. Sekali lagi, yang disebutkan warna angkanya, bukan angkanya.
3. Menggunakan Rumus Pengelompokan warna.
Metode ini terbilang cukup rumit, karena kita akan mempelajari pengelompokan warna terlebih dahulu, kemudian menghubungkannya dengan urutan warna kode resistor.
Pengelompokan warna pertama kali dikemukakan pada tahun 1831, namanya Teori Brewster. Teori ini menyederhanakan warna yang ada di alam dengan membaginya menjadi 4 kelompok besar, yaitu :
- Warna Primer. Warna dasar yang bukan merupakan hasil pencampuran dari warna-warna lain, yaitu : Warna Merah, Kuning, dan Biru.
- Warna Sekunder. Hasil pencampuran dari 2 warna Primer. Ada berapa macam warna sekunder, dan yang ada hubungannya dengan kode warna Resistor ada 3 warna yaitu : Oranye ( Hasil pencampuran dari warna Kuning dengan Merah ), Hijau ( Hasil pencampuran dari warna Kuning dengan Biru ) , dan Ungu ( Hasil pencampuran dari warna Merah dengan Biru ).
- Warna Tersier. Hasil pencampuran salah satu warna Primer dengan salah satu warna Sekunder atau pencampuran dari tiga warna Primer. Warna dari kelompok ini juga bayak, tapi yang termasuk dalam sistem kode warna Resistor hanya ada satu, yaitu warna Coklat ( pencampuran dari warna Merah, Kuning, dan Biru ).
- Warna Netral. Warna penyeimbang, yaitu warna Hitam dan Putih dan hasil pencampuran dari keduanya. Warna Netral sering juga disebut Warna yang tidak berwarna.
Jadi berdasarkan kelompok-kelompok warna di atas, dalam rumus ini, kita akan membagi kode warna Resistor menjadi 5 Grup. Seperti berikut ini :
Grup 1 dari kelompok warna primer, yaitu : Warna Merah, Kuning, dan Biru.
Grup 2 dari kelompok warna sekunder, yaitu : Warna Oranye, Hijau, dan Ungu.
Grup 3 dari kelompok warna Tersier, yaitu : warna Coklat.
Grup 4 dari kelompok warna, Netral yaitu : Warna Hitam, putih, dan Abu-abu.
Grup 5 dari kelompok warna Metalik, yaitu : Warna Emas dan Perak.
Dengan pembagian Grup seperti ini, kita bisa lebih mudah menghafal kode warna Resistor. Karena setiap grup mempunyai ciri khas.
Grup1 terdiri dari kode warna resistor yang memiliki angka Genap, kecuali angka 8.
Grup2 terdiri dari kode warna resistor yang memiliki angka Ganjil, kecuali angka 9.
Grup3 kode warna resistor yang memiliki angka tunggal, yaitu Coklat ( angka 1 ).
Grup4 terdiri dari kode warna Resistor urutan awal ( warna Hitam ) dan 2 kode warna Resistor urutan terakhir ( warna Abu-abu dan Putih ).
Grup5 hanya untuk kode warna toleransi resistor, dan kode warna per kalian desimal yang memiliki angka di bawah nol ( nol koma dan nol koma nol ).
Cara menghafal urutan warna dari masing-masing Grup :
Grup 1. Membayangkan sebuah jarum yang dibakar di atas api lilin. Warna Merah adalah warna ujung jarum yang membara, warna Kuning adalah warna api lilin bagian atas, dan warna Biru warna api lilin bagian bawah. Jadi urutan warnanya dimulai dari atas ke bawah.
Grup 2. Membayangkan sedang mencampur warna-warna yang ada pada Grup1 secara berurutan. Urutan pertama, hasil dari pencampuran warna urutan pertama dan kedua warna Grup1. Urutan kedua, hasil dari pencampuran warna urutan kedua dan ketiga warna Grup1. warna ketiga, hasil dari pencampuran warna ketiga dan pertama warna grup1.
Rumus nya, 1 Grup2 = 1 + 2 Grup1, 2 Grup2 = 2 + 3 Grup 1, 3 Grup2 = 3 + 1 Grup1.
Grup 3. Tidak perlu membayangkan apa-apa, karena hanya ada satu warna. Yang perlu di ingat adalah Grup ini memiliki jumlah anggota sama dengan angka kode warnanya, yaitu 1.
Grup 4. Mengingat pepatah yang mengatakan Habis Gelap Terbitlah Terang. Maka urutannya dimulai dari warna yang paling gelap, ke warna yang paling terang.
Grup 5. Membayangkan perbandingan harga benda yang memiliki warna yang sama dengan anggota Grup ini. Urutannya dimulai dari harga yang ter tinggi.
CIRI KHAS KODE WARNA RESISTOR DENGAN NILAI TAHANAN TERTENTU.
Ciri khas kode warna Per kalian desimal atau jumlah nol.
Untuk Resistor dengan kode warna 4 Pita, ciri khasnya ada pada Pita ke tiga.
- Warna Emas untuk resistor dengan nilai tahanan Satuan Ω ( Nilai 1 Ω sampai dengan nilai yang mendekati 10 Ω ).
- Warna Hitam untuk resistor dengan nilai tahanan Puluhan Ω ( Nilai 10 Ω sampai dengan nilai yang mendekati 100 Ω ).
- Warna Coklat untuk resistor dengan nilai tahanan Ratusan Ω ( Nilai 100 Ω sampai dengan nilai yang mendekati 1000 Ω ).
- Warna Merah untuk resistor dengan nilai tahanan Ribuan Ω / Kilo Ω ( Nilai 1 Kilo Ω sampai dengan nilai yang mendekati 10 Kilo Ω ).
- Warna Oranye untuk resistor dengan nilai tahanan Puluhan Ribu Ω / Puluhan Kilo Ω ( Nilai 10 Kilo Ω sampai dengan nilai yang mendekati 100 Kilo Ω ).
- Warna Kuning untuk resistor dengan nilai tahanan Ratusan Ribu Ω / Ratusan Kilo Ω ( Nilai 100 Kilo Ω sampai dengan nilai yang mendekati 1 Mega Ω ).
- Warna Hijau untuk resistor dengan nilai tahanan Jutaan Ω / Mega Ω ( Nilai 1 Mega Ω sampai dengan nilai yang mendekati 10 Mega Ω ).
- Warna Biru untuk resistor dengan nilai tahanan Puluhan Juta Ω / Puluhan Mega Ω.
- Warna Perak untuk resistor dengan nilai tahanan Satuan Ω ( Nilai 1 Ω sampai dengan nilai yang mendekati 10 Ω ).
- Warna Emas untuk resistor dengan nilai tahanan Puluhan Ω ( Nilai10 Ω sampai dengan nilai yang mendekati 100 Ω ).
- Warna Hitam untuk resistor dengan nilai tahanan Ratusan Ω ( Nilai 100 Ω sampai dengan nilai yang mendekati 1 Kilo Ω ).
- Warna Merah untuk resistor dengan nilai tahanan Ribuan Ω / Kilo Ω ( Nilai1 Kilo Ω sampai dengan nilai yang mendekati 10 Kilo Ω ).
- Warna Merah untuk resistor dengan nilai tahanan Puluhan Ribu Ω / Puluhan Kilo Ω ( Nilai 10 Kilo Ω sampai dengan nilai yang mendekati 100 Kilo Ω ).
- Warna Oranye untuk resistor dengan nilai tahanan Ratusan Ribu Ω / Ratusan Kilo Ω ( Nilai 100 Kilo Ω sampai dengan nilai yang mendekati 1 Mega Ω ).
- Warna Kuning untuk resistor dengan nilai tahanan Jutaan Ω / Mega Ω ( Nilai 1 Mega Ω sampai nilai yang mendekati 10 mega Ω ).
- Warna Hijau untuk resistor dengan nilai tahanan Puluhan Juta Ω / Puluhan Mega Ω.
Untuk resistor dengan nilai tahanan di bawah 1 Ω ( Nol Koma dan Nol Koma Nol )
Resistor dengan kode warna 4 Pita.
- Resistor dengan nilai tahanan Nol Koma, ciri khasnya ada pita ke tiga yang selalu berwarna Perak.
- Resistor dengan nilai tahanan Nol Koma Nol, ciri khasnya ada pada pita pertama dan pita ke tiga. pita pertama selalu berwarna hitam dan pita ke tiga selalu berwarna Perak.
- Resistor dengan nilai tahanan Nol Koma, ciri khasnya ada pada pita pertama dan pita ke empat. Pita pertama selalu berwarna hitam dan pita ke empat selalu berwarna perak.
- Resistor dengan nilai tahanan Nol Koma Nol, ciri khasnya ada pada pita pertama, kedua dan ke empat. Pita pertama selalu berwarna Hitam, pita kedua juga selalu berwarna Hitam dan pita ke empat selalu berwarna Perak.
NILAI STANDAR RESISTOR.
Nilai standar resistor diterbitkan oleh EIA ( Electronic Industries Alliance ), nilai standar ini ditentukan berdasarkan nilai toleransi. Ada banyak sekali nilai standar yang di terbitkan oleh EIA tersebut, namun kita batasi pembahasan kita dengan nilai standar yang umum beredar di pasaran, khususnya pasar Indonesia.
EIA STANDAR E12.
E12 adalah standar nilai tahanan untuk Resistor-resistor yang memiliki nilai toleransi 10 %.
Tabel Resistor Standar E12
Nol Koma Ω | Satuan Ω | Puluhan Ω | Ratusan Ω |
0,1 | 1 | 10 | 100 |
0,12 | 1,2 | 12 | 120 |
0,15 | 1,5 | 15 | 150 |
0,18 | 1,8 | 18 | 180 |
0,22 | 2,2 | 22 | 220 |
0,27 | 2,7 | 27 | 270 |
0,33 | 3,3 | 33 | 330 |
0,39 | 3,9 | 39 | 390 |
0,47 | 4,7 | 47 | 470 |
0,56 | 5,6 | 56 | 560 |
0,68 | 6,8 | 68 | 680 |
0,82 | 8,2 | 82 | 820 |
Satuan Kilo Ω ( Ribuan Ω ) | Puluhan Kilo Ω ( Puluhan Ribu Ω ) | Ratusan Kilo Ω ( Ratusan Ribu Ω ) | Satuan Mega Ω ( Jutaan Ω ) |
1 | 10 | 100 | 1 |
1,2 | 12 | 120 | 1,2 |
1,5 | 15 | 150 | 1,5 |
1,8 | 18 | 180 | 1,8 |
2,2 | 22 | 220 | 2,2 |
2,7 | 27 | 270 | 2,7 |
3,3 | 33 | 330 | 3,3 |
3,9 | 39 | 390 | 3,9 |
4,7 | 47 | 470 | 4,7 |
5,6 | 56 | 560 | 5,6 |
6,8 | 68 | 680 | 6,8 |
8,2 | 82 | 820 | 8,2 |
EIA STANDAR E24
E24 adalah standar nilai tahanan untuk Resistor yang memiliki nilai toleransi 5 %.
Tabel Resistor Standar E24
Nol Koma Ω | Satuan Ω | Puluhan Ω | Ratusan Ω |
0,1 | 1 | 10 | 100 |
0.11 | 1,1 | 11 | 110 |
0,12 | 1,2 | 12 | 120 |
0,13 | 1,3 | 13 | 130 |
0,15 | 1,5 | 15 | 150 |
0,16 | 1,6 | 16 | 160 |
0,18 | 1,8 | 18 | 180 |
0,20 | 2 | 20 | 200 |
0,22 | 2,2 | 22 | 220 |
0,24 | 2,4 | 24 | 240 |
0,27 | 2,7 | 27 | 270 |
0,30 | 3 | 30 | 300 |
0,33 | 3,3 | 33 | 330 |
0,36 | 3,6 | 36 | 360 |
0,39 | 3,9 | 39 | 390 |
0,43 | 4,3 | 43 | 430 |
0,47 | 4,7 | 47 | 470 |
0,51 | 5,1 | 51 | 510 |
0,56 | 5,6 | 56 | 560 |
0,62 | 6,2 | 62 | 620 |
0,68 | 6,8 | 68 | 680 |
0,75 | 7,5 | 75 | 750 |
0,82 | 8,2 | 82 | 820 |
0,91 | 9,1 | 91 | 910 |
Satuan Kilo Ω ( Ribuan Ω ) | Puluhan Kilo Ω ( Puluhan Kilo Ω ) | Ratusan Kilo Ω ( Ratusan Ribu Ω ) | Mega Ω ( Jutaan Ω ) |
1 | 10 | 100 | 1 |
1,1 | 11 | 110 | 1,1 |
1,2 | 12 | 120 | 1,2 |
1,3 | 13 | 130 | 1,3 |
1,5 | 15 | 150 | 1,5 |
1,6 | 16 | 160 | 1,6 |
1,8 | 18 | 180 | 1,8 |
2 | 20 | 200 | 2,0 |
2,2 | 22 | 220 | 2,2 |
2,4 | 24 | 240 | 2,4 |
2,7 | 27 | 270 | 2,7 |
3 | 30 | 300 | 3,0 |
3,3 | 33 | 330 | 3,3 |
3,6 | 36 | 360 | 3,6 |
3,9 | 39 | 390 | 3,9 |
4,3 | 43 | 430 | 4,3 |
4,7 | 47 | 470 | 4,7 |
5,1 | 51 | 510 | 5,1 |
5,6 | 56 | 560 | 5,6 |
6,2 | 62 | 620 | 6,2 |
6,8 | 68 | 680 | 6,8 |
7,5 | 75 | 750 | 7,5 |
8,2 | 82 | 820 | 8,2 |
0,91 | 9,1 | 910 | 9,1 |
EIA STANDAR E96
E96 adalah standar nilai tahanan untuk Resistor-resistor yang memiliki nilai toleransi 1 %.
Tabel Resistor Standar E96
Nol Koma Ω | Satuan Ω | Puluhan Ω | Ratusan Ω |
0,1 | 1 | 10 | 100 |
0,102 | 1,02 | 10.2 | 102 |
0,105 | 1,05 | 10,5 | 105 |
0,107 | 1,07 | 10,7 | 107 |
0,11 | 1,1 | 11 | 110 |
0,113 | 1,13 | 11,3 | 113 |
0,115 | 1,15 | 11,5 | 115 |
0,118 | 1,18 | 11,8 | 118 |
0,121 | 1,21 | 12,1 | 121 |
0,124 | 1,24 | 12,4 | 124 |
0,127 | 1,27 | 12,7 | 127 |
0,13 | 1,3 | 13 | 130 |
0,133 | 1,33 | 13,3 | 133 |
0,137 | 1,37 | 13,7 | 137 |
0,14 | 1,4 | 14 | 140 |
0,143 | 1,43 | 14,3 | 143 |
0,147 | 1,47 | 14,7 | 147 |
0,15 | 1,5 | 15 | 150 |
0,154 | 1,54 | 15,4 | 154 |
0,158 | 1,58 | 15,8 | 158 |
0,162 | 1,62 | 16,2 | 162 |
0,165 | 1,65 | 16,5 | 165 |
0,169 | 1,69 | 16,9 | 169 |
0,174 | 1,74 | 17,4 | 174 |
0,178 | 1,78 | 17,8 | 178 |
0,182 | 1,82 | 18,2 | 182 |
0,187 | 1,87 | 18,7 | 187 |
0,191 | 1,91 | 19,1 | 191 |
0,196 | 1,96 | 19,6 | 196 |
0,2 | 2 | 20 | 200 |
0,205 | 2,05 | 20,5 | 205 |
0,210 | 2,1 | 21 | 210 |
0,215 | 2,15 | 21,5 | 215 |
0,221 | 2,21 | 22,1 | 221 |
0,226 | 2,26 | 22,6 | 226 |
0,232 | 2,32 | 23,2 | 232 |
0,237 | 2,37 | 23,7 | 237 |
0,243 | 2,43 | 24,3 | 243 |
0,249 | 2,49 | 24,9 | 249 |
0,255 | 2,55 | 25,5 | 255 |
0,261 | 2,61 | 26,1 | 261 |
0,267 | 2,67 | 26,7 | 267 |
0,274 | 2,74 | 27,4 | 274 |
0,280 | 2,8 | 28 | 280 |
0,287 | 2,87 | 28,7 | 287 |
0,294 | 2,94 | 29,4 | 294 |
0,301 | 3,01 | 30,1 | 301 |
0,309 | 3,09 | 30,9 | 309 |
0,316 | 3,16 | 31,6 | 316 |
0,324 | 3,24 | 32,4 | 324 |
0,332 | 3,32 | 33,2 | 332 |
0,34 | 3,4 | 34 | 340 |
0,348 | 3,48 | 34,8 | 348 |
0,357 | 3,57 | 35,7 | 357 |
0,365 | 3,65 | 36,5 | 365 |
0,374 | 3,74 | 37,4 | 374 |
0,383 | 3,83 | 38,3 | 383 |
0,392 | 3,92 | 39,2 | 392 |
0,402 | 4,02 | 40,2 | 402 |
0,412 | 4,12 | 41,2 | 412 |
0,422 | 4,22 | 42,2 | 422 |
0,432 | 4,32 | 43,2 | 432 |
0,442 | 4,42 | 44,2 | 442 |
0,453 | 4,53 | 45,3 | 453 |
0,464 | 4,64 | 46,4 | 464 |
0,475 | 4,75 | 47,5 | 475 |
0,487 | 4,87 | 48,7 | 487 |
0,499 | 4,99 | 49,9 | 499 |
0,511 | 5,11 | 51,1 | 511 |
0,523 | 5,23 | 52,3 | 523 |
0,536 | 5,36 | 53,6 | 536 |
0,549 | 5,49 | 54,9 | 549 |
0,562 | 5,62 | 56,2 | 562 |
0,576 | 5,76 | 57,6 | 576 |
0,590 | 5,9 | 59 | 590 |
0,604 | 6,04 | 60,4 | 604 |
0,619 | 6,19 | 61,9 | 619 |
0,634 | 6,34 | 63,4 | 634 |
0,649 | 6,49 | 64,9 | 649 |
0,665 | 6,65 | 66,5 | 665 |
0,681 | 6,81 | 68,1 | 681 |
0,698 | 6,98 | 69,8 | 698 |
0,715 | 7,15 | 71,5 | 715 |
0,732 | 7,32 | 73,2 | 732 |
0,75 | 7,5 | 75 | 750 |
0,768 | 7,68 | 76,8 | 768 |
0,787 | 7,87 | 78,7 | 787 |
0,806 | 8,06 | 80,6 | 806 |
0,825 | 8,25 | 82,5 | 825 |
0,845 | 8,45 | 84,5 | 845 |
0,866 | 8,66 | 86,6 | 866 |
0,887 | 887 | 88,7 | 887 |
0,909 | 9,09 | 90,9 | 909 |
0,931 | 9,31 | 93,1 | 931 |
0,953 | 9,53 | 95,3 | 953 |
0,976 | 9,76 | 97,6 | 976 |
Satuan Kilo Ω ( Ribuan Ω ) | Puluhan Kilo Ω ( Puluhan Ribu Ω ) | Ratusan Kilo Ω ( Ratusan Ribu Ω ) | Mega Ω ( Jutaan Ω ) |
1 | 10. | 100 | 1.00 |
1.02 | 10.2 | 102 | 1.02 |
1.05 | 10.5 | 105 | 1.05 |
1.07 | 10.7 | 107 | 1.07 |
1.1 | 11 | 110 | 1.10 |
1.13 | 11.3 | 113 | 1.13 |
1.15 | 11.5 | 115 | 1.15 |
1.18 | 11.8 | 118 | 1.18 |
1.21 | 12.1 | 121 | 1.21 |
1.24 | 12.4 | 124 | 1.24 |
1.27 | 12.7 | 127 | 1.27 |
1.3 | 13 | 130 | 1.30 |
1.33 | 13.3 | 133 | 1.33 |
1.37 | 13.7 | 137 | 1.37 |
1.4 | 14 | 140 | 1.40 |
1.43 | 14.3 | 143 | 1.43 |
1.47 | 14.7 | 147 | 1.47 |
1.50 | 15 | 150 | 1.50 |
1.54 | 15.4 | 154 | 1.54 |
1.58 | 15.8 | 158 | 1.58 |
1.62 | 16.2 | 162 | 1.62 |
1.65 | 16.5 | 165 | 1.65 |
1.69 | 16.9 | 169 | 1.69 |
1.74 | 17.4 | 174 | 1.74 |
1.78 | 17.8 | 178 | 1.78 |
1.82 | 18.2 | 182 | 1.82 |
1.87 | 18.7 | 187 | 1.87 |
1.91 | 19.1 | 191 | 1.91 |
1.96 | 19.6 | 196 | 1.96 |
2 | 20 | 200 | 2.00 |
2.05 | 20.5 | 205 | 2.05 |
2.1 | 21 | 210 | 2.10 |
2.15 | 21.5 | 215 | 2.15 |
2.21 | 22.1 | 221 | 2.21 |
2.26 | 22.6 | 226 | 2.26 |
2.32 | 23.2 | 232 | 2.32 |
2.37 | 23.7 | 237 | 2.37 |
2.43 | 24.3 | 243 | 2.43 |
2.49 | 24.9 | 249 | 2.49 |
2.55 | 25.5 | 255 | 2.55 |
2.61 | 26.1 | 261 | 2.61 |
2.67 | 26.7 | 267 | 2.67 |
2.74 | 27.4 | 274 | 2.74 |
2.80 | 28 | 280 | 2.80 |
2.87 | 28.7 | 287 | 2.87 |
2.94 | 29.4 | 294 | 2.94 |
3.01 | 30.1 | 301 | 3.01 |
3.09 | 30.9 | 309 | 3.09 |
3.16 | 31.6 | 316 | 3.16 |
3.24 | 32.4 | 324 | 3.24 |
3.32 | 33.2 | 332 | 3.32 |
3.4 | 34 | 340 | 3.40 |
3.48 | 34.8 | 348 | 3.48 |
3.57 | 35.7 | 357 | 3.57 |
3.65 | 36.5 | 365 | 3.65 |
3.74 | 37.4 | 374 | 3.74 |
3.83 | 38.3 | 383 | 3.83 |
3.92 | 39.2 | 392 | 3.92 |
4.02 | 40.2 | 402 | 4.02 |
4.12 | 41.2 | 412 | 4.12 |
4.22 | 42.2 | 422 | 4.22 |
4.32 | 43.2 | 432 | 4.32 |
4.42 | 44.2 | 442 | 4.42 |
4.53 | 45.3 | 453 | 4.53 |
4.64 | 46.4 | 464 | 4.64 |
4.75 | 47.5 | 475 | 4.75 |
4.87 | 48.7 | 487 | 4.87 |
4.99 | 49.9 | 499 | 4.99 |
5.11 | 51.1 | 511 | 5.11 |
5.23 | 52.3 | 523 | 5.23 |
5.36 | 53.6 | 536 | 5.36 |
5.49 | 54.9 | 549 | 5.49 |
5.62 | 56.2 | 562 | 5.62 |
5.76 | 57.6 | 576 | 5.76 |
5.9 | 59 | 590 | 5.90 |
6.04 | 60.4 | 604 | 6.04 |
6.19 | 61.9 | 619 | 6.19 |
6.34 | 63.4 | 634 | 6.34 |
6.49 | 64.9 | 649 | 6.49 |
6.65 | 66.5 | 665 | 6.65 |
6.81 | 68.1 | 681 | 6.81 |
6.98 | 69.8 | 698 | 6.98 |
7.15 | 71.5 | 715 | 7.15 |
7.32 | 73.2 | 732 | 7.32 |
7.5 | 75 | 750 | 7.50 |
7.68 | 76.8 | 768 | 7.68 |
7.87 | 78.7 | 787 | 7.87 |
8.06 | 80.6 | 806 | 8.06 |
8.25 | 82.5 | 825 | 8.25 |
8.45 | 84.5 | 845 | 8.45 |
8.66 | 86.6 | 866 | 8.66 |
8.87 | 88.7 | 887 | 8.87 |
9.09 | 90.9 | 909 | 9.09 |
9.31 | 93.1 | 931 | 9.31 |
9.53 | 95.3 | 953 | 9.53 |
9.76 | 97.6 | 976 | 9.76 |
Umumnya, tidak semua nilai Resistor yang ada pada Tabel standar E24 beredar di pasar indonesia, hanya 50 persen nya saja. Pasar Indonesia mengikuti Standar E12 untuk memasarkan resistor-resistor standar E24. Bahkan, ada beberapa toko elektronik di Indonesia yang menjual resistor standar E96 dengan mengikuti nilai resistor yang ada pada tabel standar E12.
Demikian pembahasan kita kali ini, semoga bisa dimanfaatkan sebagaimana mestinya. Setidaknya, bisa menginspirasi anda untuk melahirkan ide yang lebih cemerlang lagi. Maju terus dunia elektronik Indonesia.